kisah cinta Nabi Muhhamad dan Siti khadijah
Siapakah orang paling beruntung di dunia
ini? Yang hidup dalam cinta dan bimbingan menuju surga dari suami
terbaik yang pernah berjalan di muka bumi ini? Ia adalah ummu mukminin
pertama ,Khadijah binti Khuwailid. Entah sudah berapa ratus ribu penulis
yang mengabadikan kisah cinta mereka dalam berbagai tulisan. Tapi tak
pernah bosan diri ini membaca dan mendengar kisah cinta sejati itu.
Khadijah binti Khuwailid ialah wanita yang
paling dicintai oleh Rasulullah. Pengorbanan Khadijah yang begitu besar,
juga dukungannya serta kesabarannya dalam menemani Nabi berdakwah
membuat posisinya begitu utama di hati Rasulullah. Tak heran jika
kematiannya begitu membuat Rasulullah berduka karena ia kehilangan
pegangan yang kuat dalam berdakwah.Rasulullah pernah bersabda tentang
siapakah wanita ahli surga itu. Mereka adalah Maryam,Fatimah az
Zahra,Asiyah istri Firaun dan tentu saja Khadijah binti Khuwailid.
Bahkan Aisyah, yang juga merupakan istri kesayangan Rasulullah pernah
dimarahi oleh nabi karena sedikit menghina Khadijah dengan menyebutnya
hanya wanita tua. Aisyah kesal karena Nabi selalu menyebut-nyebut nama
Khadijah. Marahlah Rasulullah. Dari beberapa riwayat bahkan menyebutkan
Rasulullah sedikit mencekik leher Aisyah karena berangnya. Rasulullah
kala itu menjawab “Dia yang beriman padaku ketika orang-orang
mendustakanku. Dia yang memberikan hartanya ketika orang-orang menahan
hartanya untukku, dan dia yang memberiku anak ketika istri-istiku yang
lain tidak memberiku anak.” (istri-istri Rasulullah memang tidak
memberikan Rasulullah keturunan kecuali Mariyah Al-Qibtiah yang
memberikan Rasulullah anak bernama Ibrahim,tetapi ia meninggal saat
masih kecil). Sejak saat itu Aisyah tidak pernah menyinggung tentang
Khadijah karena ia tahu betul posisi Khadijah di hati Baginda.
Sudah sejah awal Khadijah memendam rasa
kepada Muhammad. Hal itu karena ia begitu kagum dengan budi pekerti
Muhammad yang luar biasa baik.Hal ini membuatnya teringat akan perkataan
sepupunya Waraqah yang mengatakan akan datang nabi terakhir yang akan
mengajak manusia menyembah Allah dan memerangi kebathilan. Ia
bertanya-tanya, “mungkinkah ia Muhammad?’’. Hal itu berlanjut ketika ia
bermimpi bahwa ada sebuah cahaya yang jatuh di rumahnya sehingga
menerangi rumahnya. Hal ini diceritakan kepada Waraqah. Jawaban Waraqah
yang mengatakan agar Khadijah berbahagia karena rumahnya akan diselimuti
cahaya kenabian membuat Khadijah berbinar.
Pernikahan mereka pun terjadi. Lamaran
Khadijah yang disampaikan oleh sahabatnya,Nafisah diterima oleh
Muhammad. Pernikahan suci nan penuh berkah, pernikahan antara lelaki
terbaik dan wanita terbaik. Kehidupan rumah tangga mereka begitu bahagia
dengan anak-anak yang dilahirkan Khadijah. Meskipun Khadijah adalah
saudagar yang kaya raya, Rasulullah tidaklah berpangku tangan. Ia tetap
berdagang dan juga membantu pekerjaan rumah tangga.
Khadijah selalu menemani suaminya apapun
kondisinya. Saat nabi pertama kali menerima wahyu dan pulang ke rumah
dengan menggigil, Khadijah menyelimuti nabi dan menghapus kegundahan
suaminya. Ia percaya akan semua perkataan suaminya. Ialah wanita
pertama yang masuk islam. Tak segan ia mengorbankan hartanya yang
berlimpah guna keperluan menjalankan perintah Allah. Allah pun begitu
menyayangi Khadijah. Hal ini dibuktikan lewat sebuah hadist riwayat
Bukhari di mana suatu ketika Jibril mendatangi Rasulullah “Wahai
Muhammad, Khadijah akan datang kepadamu membawa makanan dan minuman.
Saat ia datang sampaikan salam dari Allah dan dariku padanya” Wanita
manakah yang kiranya mendapat salam dari Allah Tuhan semesta alam jika
bukan wanita terbaik?
Pernikahan yang berlangsung selama seperempat
abad itu harus berakhir sementara(kenapa sementara? Karena mereka pasti
akan dipersatukan oleh Allah di surga, sebaik-baiknya tempat). Khadijah
menghadap Allah, menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan suami
tercinta. Bertambah beratlah beban Rasulullah dalam menyeru perintah
Allah. Ia kehilangan pegangan dan tempatnya melipur lara.
Sepeninggal Khadijah, dari sebuah riwayat, Fatimah bertanya kepada ayahnya.
“Dimanakah ummi Khadijah?”
“Disebuah rumah yang terbuat dari emas
permata di mana tidak ada kegundahan di dalamnya. Ia berada diantara
Maryam dan Asiyah” jawab Rasulullah
“Dari emas permata ini?” tanya Fatimah lagi.
“Bukan, melainkan dari emas permata yang tersusun bersama mutira, intan, dan yakut”
Sepotong kisah cinta abadi, antara seorang
istri yang patuh,bakti dan taat pada suami dengan seorang suami yang
mencintai, mengayomi dan membimbing istri menuju surga Ilahi.
Semoga kisah cinta mereka bisa menjadi
pedoman kita. Bagi yang sudah berumah tangga semakin kokoh dan erat
karena meneladani nabi, bagi yang belum berumah tangga, besabarlah.
Jangan pernah tempuh jalan pacaran. Kita perbaiki diri kita, semakin
kita baik, maka semakin baik pula jodoh kita kelak. Jodoh adalah
cerminan diri kita. Seperti halnya Khadijah dan Rasulullah ,wanita
baik-baik untuk lelaki baik-baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar